Rabu, 03 Februari 2010

Tante moza Yang Montok



Foto tante girang- Moza membaringkan kepalanya disandaran sofa, rebah, seolah lelah dan takut menghinggapinya, kakinya berada sisamping pahaku, dengan rasa yang entah bagaimana, aku berusaha memijit pergelangan kakinya, kaki yang kukira semula terkilir sepertinya tidak ada lagi rasa sakit yang dideranya, entah apa yang ada di dalam benak kami masing2, mungkin dipikiran kami saat ini hanya berharap mudah2an listrik segera menyala kembali.

Aku memperhatikan tubuh indah didepanku ini, heran padahal udara lumayan dingin pada saat ini, dengan bajunya yang tipis dan setengah terbuka, memperlihatkan paha mulus, yang tak tahan aku untuk tidak mengelus dan mengusapnya, sesekali saat kilat menyambar, terlihat ujung bawah pakaiannya hanya sampai sebatas pinggul bagian, memperlihatkan dengan jelas celana dalam warna putih yang melekat menutupi gundukan mungil didepanku.
Entah darimana datangnya sepertinya udara semakin dingin, angin seperti menerobos masuk kedalam, kulihat gorden bergerak-gerak tertiup angin, dan tiba-tiba suara petir seperti terdengar dahsyat di dekat kami, Moza terpekik sesaat, kaget, kemudian mengangkat kepalanya dan berbalik, kali ini dia sambil menutup kupingnya, menyandarkan kepalanya di pahaku. “Aku hanya nyengir melihatnya, “Ya ampun Moz, udah gede gini kok takut ma petir”, Kataku memecah kesunyian, “ah Aa, Moza takut nih, jangan gitu dong !” katanya seperti setengah merajuk ! memang kalo kulihat sekeliling, dari bayangan cahaya yang tapak diluar akibat kilat yang menyambar-nyambar, layaknya seperti film horror, membuat suasana semakin mencekam, namun sepertinya hal itu akan berlangsung lama, duh, pikiran kotor yang semula menghinggapiku kini juga dicampur oleh rasa horror yang menyelimuti kami berdua.

Rasanya seram juga kalo terlalu lama berada diruang keluarga yang cukup luas ini, akhirnya aku memutuskan untuk menuju kamar kami masing2, mungkin masuk kamar akan menyelamatkan kami dari rasa takut, “Moz, pindah ke kamar aja yuk ah, aa juga udah mulai ngantuk nih”, kataku padanya. Moza mengangkat kepalanya yang semula berbaring dipahaku, dan seperti mengikuti apa saja mauku, kami berdua berdiri, melangkah menuju kamar, seperti yang kuceritakan kamar kami memang bersebelahan, dari posisi kami berdiri kamar Moza adalah berada paling depan dibanding kamarku, maka aku antar dia menuju kamarnya, hingga mencapai pintu.